Kau sudah kuanggap seperti sahabatku. Bukan, maksudku seperti
saudara perempuanku. Kau sangat mengerti dengan perasaanku. Iya, itu memang
benar. Kita begitu cocok saat ngobrol. Tertawa bersama seperti kita tidak
memiliki masalah di dunia ini. Hanya saja, sedang ada badai yang menerpa
persahabatan kita. Apa kau yakin setelah badai kita akan melihat pelangi
bersama? Aku yakin. Bagaimana denganmu?
Kita sudah lumayan lama bersahabat,
bukan? Ku pikir kau pasti sudah mengerti dengan sifat masing-masing. Aku percaya
kau adalah seorang perempuan yang peka. Aku percaya dengan itu. Tapi, disaat
aku sudah percaya, bisakah kau membuktikannya?
Perempuan itu, sahabat kita yang lain.
Menyukai laki-laki itu. Dan kita berdua tau jika dia pernah mengatakan kalo dia
sudah move on darinya. Apa kau mempercayainya? Aku? Tidak. Bukankah kau sendiri
yang mengatakan jika orang tidak mungkin menghapuskan perasaannya secepat atau
semudah itu? Kau ingatkan? Baguslah jika kau masih mengingat kata-katamu
sendiri.
Kini aku melihat kau mulai dekat
dengan laki-laki itu. Ya, laki-laki yang sahabat kita sukai. Apa kau melihat
ekspresinya saat kau dekat dengan laki-laki itu? Apa kau melihat seberapa kuat
dia menyembunyikan perasaan perih itu? Dan apa lagi yang ingin kau buktikan? Membuktikan
bahwa dia tidak menyukai laki-laki itu lagi? Kau tidak sebodoh itu, kan? Ya,
aku yakin kau tidak sebodoh itu. Aku tau kau perempuan perasa yang peka
terlebih lagi kepada sahabat kita sendiri.
Jika dia mengatakan kalo dia sudah
berhasil move on, apa dengan secepat itu kau akan mempercayainya? Apa kau ingat
dengan kata-katamu? Tidak semudah itukan, terlebih lagi dia masih belum
menemukan hati yang baru. Sungguh dia tidak 100% berhasil move on.
Memang begitukan perempuan? Bilang tidak
apa-apa padahal kenapa-kenapa. Bilang sudah bisa move on padahal tidak sama
sekali. Mereka mengatakan itu karna mereka ingin terlihat kuat, tegar dimata
orang lain. Kau perempuan, kau pasti mengerti tentang ini. Kau seorang yang
peka, bukan. Jika begitu mengapa kau tidak mencoba mengerti perasaannya? Atau kau
pura-pura tidak mengerti? Sesulit itukah kau mengerti perasaan sahabatmu sendiri?
Jika tidak, maka cobalah untuk mengerti.
Sahabatmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar